Chapter 1: Intro
Greatland. Sebuah dunia yang terdiri dari bermacam-macam ras.
Karena banyaknya ras tersebut, Greatland dibagi menjadi bermacam-macam benua.
Satu benua satu ras. Seperti benua yang aku tinggali. Benua Humanis. Benua
Humanis terdiri dari ras manusia. Di benua Humanis, terdapat bermacam-macam
kerajaan. Salah satunya kerajaan yang aku tinggali, Alvres Kingdom. Di Alvres
Kingdom, terdiri dari tiga kota. Dan ketiga kota tersebut dibagi menjadi
kota-kota kecil yang jumlahnya ratusan. Aku tinggal di kota Cheng. Tepatnya di
kota kecil Hanverk. Di sebuah istana berwarna putih yang merupakan tempat
dimana pemimpin istana tinggal. Aku adalah anak dari pemimpin istana tersebut.
namaku adalah Fireon E Alvres. Pangeran dari Alvres Kingdom. Aku menceritakan
ini bukan mau sombong lo! Aku menceritakannya hanya karena aku ingin bercerita.
Sebenarnya aku tidak suka menjadi pangeran. Karena, menjadi pangeran membuat
temanku sedikit. Kalian bertanya kenapa? Karena teman-teman takut padaku. Aku
juga tak tahu apa yang mereka takutkan. Setiap aku berjalan didepan mereka,
mereka serentak langsung menghentikan kegiatan mereka dan menunduk memberi
hormat kepadaku. Jujur, aku merasa jengkel diperlakukan seperti ini. aku ingin
dianggap sama oleh orang lain. Aku ingin dianggap teman mereka. Bukan seorang
pangeran yang harus dihormati.
Aku dan adik kembarku Tera berjalan terburu-buru menuju sekolah
kami. Sekolah sihir yang bernama Magic Academy. Disitulah aku bersekolah.
Sekolah tersebut tidak terlalu besar. Tapi tidak terlalu sempit. Di halaman
depan, kalian akan menjumpai pos satpam. Satpam yang menjaga cukup galak lo.
Aku saja yang seorang pangeran pernah dimarahi karena datang terlambat. Hal
tersebut tidak membuatku marah. Malah, aku senang diperlakukan seperti itu. aku
senang ada orang yang menganggapku sama seperti orang lain. Jujur, aku tidak
suka ditinggi-tinggikan. Saat kalian memasuki gedung, kalian akan menjumpai
ruangan penyimpanan senjata. Disitulah senjata-senjata untuk praktek disimpan.
Sebenarnya, murid boleh saja membawa senjata dari rumah. Tapi, sekolah juga
menyediakannya agar berjaga-jaga kalau ada murid yang tidak bawa atau tidak
mempunyai senjata. Ruangan senjata tersebut berisi: pedang, tongkat sihir, dan
panah. Tongkat sihir hanya dipakai oleh anak kelas satu. Karena anak kelas dua dan
seterusnya tidak diperbolehkan menggunakan tongkat sihir. fungsi tongkat sihir
adalah untuk mempermudah kita mengeluarkan sihir. cara menggunakannya mudah,
tinggal salurkan energi sihir dari tubuh kita ke tongkat lalu kita mengucapkan
sebuah mantra sambil memutar tongkat tersebut. memutar tongkatnya tidak boleh
ngasal lo! Karena kalau ngasal, maka bisa berakibat fatal. Tujuan kita mengucapkan mantra sambil memutar
tongkat adalah: agar keluar sesuatu dari tongkat tersebut. sesuatu tersebut
bisa api, air, angin, tanah, dan makhluk pembantu. Kelemahan tongkat tersebut
adalah sedikitnya mantra yang dapat diucapkan. Jadi, sudah pasti kalau kita
dalam perang menggunakan tongkat sihir... maka kita akan mati. Karena saking
sedikitnya mantra. musuh pasti bisa memprediksi sihir kita dari awal. Sudah
cukup kita akan beralih ke ruang perawatan. Di ruang tersebut tempat dimana
para murid yang sakit atau terluka dirawat. Di ruangan ini terdapat
ramuan-ramuan. Bagaimana cara menjelaskan ramuan-ramuannya ya? entalah aku tidak
terlalu paham. Yang jelas baunya membuat aku ingin muntah. Dari pada aku muntah
di ruang perawatan dan nanti disuruh bersiin muntahannya, aku lebih baik
langsung bergegas meninggalkan ruangan ini. sekarang kita pergi ke lapangan
pemanah. Lapangan itu dilengkapi oleh bermacam-macam papan target. Kita beralih
ke arena. Arena adalah tempat dimana murid-murid berduel. Sekarang, aku
melihat! Misaki dan Arthur bertarung! Yaampun! Ini menyenangkan aku harus
segera bergabung! Kalau kalian bertanya siapa itu Misaki dan Arthur, mereka
adalah sedikit temanku yang menganggapku sama seperti mereka. Mereka adalah
satu dari tiga orang selain Tera yang berani berinteraksi denganku.
“lo berani Misaki?”
Arthur memasang kuda-kuda hendak menyerang Misaki.
“siapa takut!”
Misaki juga memasang kuda-kuda. Duh, aku sebenarnya ingin ikut bertarung. Tapi, mengingat arena hanya boleh dipakai dua orang, jadi aku urungkan niatku. Toh nanti ada orang yang menghentikan pertarungan mereka. Bukan guru bukan! Yang menghentikan mereka adalah...
“kalian. Bisa tidak sehari saja kalian tidak ribut?”
Valatia berdiri ditengah mereka sambil menahan tangan mereka yang akan beradu. Lihat, dia menahan tangan mereka yang sepertinya sudah menggunakan kekuatan penuh. Dan wajah Valatia tidak mengeluarkan keringat! Aku benar-benar kagum pada gadis berambut hitam yang agak misterius tersebut. kemampuan bertarungnya jauh diatasku. Sangat jauh. Bahkan aku ragu para guru dapat mengalahkan dia. Tapi, aku heran kenapa dia masih tetap sekolah disini kalau kemampuan sihirnya sudah sangat perfek.
“Valatia?”
“b bagaimana kau...”
Arthur dan Misaki melotot tidak percaya. Mereka tak menyangka ada orang sekuat ini.
“akan ku laporkan kalian jika kalian ribut lagi besok. Ingat, aku serius. Jadi, kalian jangan berfikir aku main-main. Aku serius.” Ucap gadis itu tenang. Lihat Valatia tenang menghadapi bocah terbandel disekolah! Aku benar-benar ingin menantangnya bertarung. Tapi, aku rasa itu tidak ada gunanya. Karena aku sudah tahu hasilnya. Yaitu, aku akan babak belur.
“Valatia! Hi.” Aku menyapa Valatia yang sedang berjalan keluar dari Arena.
“hi.” Jawab Valatia singkat tanpa menoleh. Sifatnya memang begitu. Tapi, kalau aku sudah diambang kematian. Sikapnya seperti orang kebakaran jenggot. Tapi, kalau dia sendiri yang diambang kematian. Sifatnya bagaimana kalian mau tahu? Dia tenang-tenang saja. Seperti tidak ada yang terjadi. Valatia membawa dua pedang dari rumahnya satu ia pegang di tangan kirinya, dan yang satu terdapat dipunggungnya. Pedang yang dia pegang sih hanya pedang biasa. Tapi, pedang yang terdapat dipunggungnya sungguh aneh. Pedang tersebut tertutupi sarung. Dan dia tidak pernah sama sekali mengeluarkan pedang tersebut dari sarungnya. Bukan hanya itu, dia juga jarang memakainya. Dia memakainya hanya sekali. saat itu monster menyerang sekolah kami. Dan semua murid dan guru kewalahan menghadapi monster tersebut. Valatia berhasil membelah dua monster tersebut dengan pedang yang sarungnya masih belum sama sekali dilepas. Kira-kira, bagaimana kekuatan pedang itu jika sarungnya ddilepas ya? entahlah. aku juga tidak berani membayangkannya. Alasan kenapa ia tidak melepas sarungnya aku juga tidak tahu. Mungkin ada alasan tersendiri.
kriiing!
bel sudah beerbunyi! Yaampun sudah berapa lama aku berada di sini! Aku harus segera masuk kelas! Jangan minta aku untuk mendeskripsikan ruangan-ruangan yang lain! Waktunya tidak cukup! Kapan-kapan saja! Aku harus segera masuk ke kelas... bisa-bisa aku dimarahin jika aku terlambat masuk kelas.
“lo berani Misaki?”
Arthur memasang kuda-kuda hendak menyerang Misaki.
“siapa takut!”
Misaki juga memasang kuda-kuda. Duh, aku sebenarnya ingin ikut bertarung. Tapi, mengingat arena hanya boleh dipakai dua orang, jadi aku urungkan niatku. Toh nanti ada orang yang menghentikan pertarungan mereka. Bukan guru bukan! Yang menghentikan mereka adalah...
“kalian. Bisa tidak sehari saja kalian tidak ribut?”
Valatia berdiri ditengah mereka sambil menahan tangan mereka yang akan beradu. Lihat, dia menahan tangan mereka yang sepertinya sudah menggunakan kekuatan penuh. Dan wajah Valatia tidak mengeluarkan keringat! Aku benar-benar kagum pada gadis berambut hitam yang agak misterius tersebut. kemampuan bertarungnya jauh diatasku. Sangat jauh. Bahkan aku ragu para guru dapat mengalahkan dia. Tapi, aku heran kenapa dia masih tetap sekolah disini kalau kemampuan sihirnya sudah sangat perfek.
“Valatia?”
“b bagaimana kau...”
Arthur dan Misaki melotot tidak percaya. Mereka tak menyangka ada orang sekuat ini.
“akan ku laporkan kalian jika kalian ribut lagi besok. Ingat, aku serius. Jadi, kalian jangan berfikir aku main-main. Aku serius.” Ucap gadis itu tenang. Lihat Valatia tenang menghadapi bocah terbandel disekolah! Aku benar-benar ingin menantangnya bertarung. Tapi, aku rasa itu tidak ada gunanya. Karena aku sudah tahu hasilnya. Yaitu, aku akan babak belur.
“Valatia! Hi.” Aku menyapa Valatia yang sedang berjalan keluar dari Arena.
“hi.” Jawab Valatia singkat tanpa menoleh. Sifatnya memang begitu. Tapi, kalau aku sudah diambang kematian. Sikapnya seperti orang kebakaran jenggot. Tapi, kalau dia sendiri yang diambang kematian. Sifatnya bagaimana kalian mau tahu? Dia tenang-tenang saja. Seperti tidak ada yang terjadi. Valatia membawa dua pedang dari rumahnya satu ia pegang di tangan kirinya, dan yang satu terdapat dipunggungnya. Pedang yang dia pegang sih hanya pedang biasa. Tapi, pedang yang terdapat dipunggungnya sungguh aneh. Pedang tersebut tertutupi sarung. Dan dia tidak pernah sama sekali mengeluarkan pedang tersebut dari sarungnya. Bukan hanya itu, dia juga jarang memakainya. Dia memakainya hanya sekali. saat itu monster menyerang sekolah kami. Dan semua murid dan guru kewalahan menghadapi monster tersebut. Valatia berhasil membelah dua monster tersebut dengan pedang yang sarungnya masih belum sama sekali dilepas. Kira-kira, bagaimana kekuatan pedang itu jika sarungnya ddilepas ya? entahlah. aku juga tidak berani membayangkannya. Alasan kenapa ia tidak melepas sarungnya aku juga tidak tahu. Mungkin ada alasan tersendiri.
kriiing!
bel sudah beerbunyi! Yaampun sudah berapa lama aku berada di sini! Aku harus segera masuk kelas! Jangan minta aku untuk mendeskripsikan ruangan-ruangan yang lain! Waktunya tidak cukup! Kapan-kapan saja! Aku harus segera masuk ke kelas... bisa-bisa aku dimarahin jika aku terlambat masuk kelas.
Ini dia kelasku. Sebuah kelas yang menurutku sangat bersih.
Kelas ini juga dilengkapi dengan Filmer. Filmer adalah sebuah bola yang dapat
digunakan untuk menyetel vidio atau semacamnya. Saat vidio distel, maka kita
akan seolah-olah masuk ke vidio tersebut. benar-benar keren, kan? Kelas ini
juga dilengkapi dengan papan tulis yang besar. Meja-meja di kelas ini sangatlah
rapi dan masih bagus. Saat aku melewati bangku demi bangku, teman-teman yang
duduk disitu langsung berdiri dan menunduk memberi hormat padaku. Oh iya! Aku lupa
mendeskripsikan adik kembarku tercinta yang dari tadi berjalan di sebelahku.
Sungguh kejam aku ini. namanya Tera E Alvres putri dari kerajaan Alvres.
Kecantikannya jangan ditanya. Hampir semua orang pasti mau menjadi pacarnya.
Mungkin itu setara dengan aku yang ganteng. Percaya diri banget aku ini.
“em, kakak. Kenapa kakak dari tadi nggak duduk-duduk?”
Tera menyadarkanku dari lamunanku. Seketika, aku langsung berlari menuju kursiku. Dan beberapa saat setelah aku duduk, seorang guru berbadan jangkung dengan kumis segitiga masuk kelas.
“anak-anak ada tes lisan tentang Clan Dekromen! Clan terkejam di dunia ini! tutup buku kalian! Kita akan tes! Jangan ada yang protes!”
aku terkejut. Memang guru yang satu ini suka begini. Belum belajar. Eh tiba-tiba disuruh tes lisan. Aku belum belajar lagi.
“siapa pemimpin Clan Dekromen saat ini? yang bisa angkat tangan!”
tanya guru itu keras. Semua murid diam. Mereka sibuk berfikir. Tiba-tiba ada seorang murid yang angkat tangan. Dia adalah Valatia orang yang tadi pagi menghentikan pertarungan Misaki VS Arthur.
“Yuki Dekromen.” Jawab Valatia.
guru tersebut kaget. Dia bahkan belum pernah menjelaskan tentang Clan Dekromen. Tapi, gadis yang satu itu bisa menjawabnya dengan sangat benar. Dia menerka-nerka Valatia sudah baca buku. Padahal, sebenarnya Valatia jarang sekali buka buku. Kerjaannya latihan pedang melulu. Ia pun memberikan soal yang tidak ada dibuku kepada Valatia. Soal itu sangatlah susah kami sampai terkejut saat Valatia menjawabnya.
“siapa yang melakukan pembantaian Clan Dekromen lima tahun yang lalu?” tanya guru tersebut.
“pemimpin Clan. Yuki.” Jawab Valatia yang sukses membuat guru tersebut terkejut bukan main. Aku saja tidak tahu soal pembantaian Clan. Tapi kenapa Valatia dapat menjawabnya dengan benar? Memang aku pernah mendengarnya. Tapi orang tuaku melarangku untuk mengetahuinya. Tiba-tiba seorang murid angkat tangan. Murid tersebut adalah Misaki. Orang yang baru saja ribut tadi pagi.
“kenapa pemimpin Clan tega melakukan itu pada clannya sendiri?”
guru tersebut hanya garuk-garuk kepala. Ia bingung harus menjawab apa. Sekarang ia menyesal telah menanyakan hal tersebut pada Valatia. Sebenarnya aku tahu dia tahu jawabannya. Tapi, ia enggan memberitahunya karena itu informasi rahasia kerajaan. Aku hanya dapat bertanya dalam hati. Sebenarnya siapa Valatia sebenarnya?
“em, kakak. Kenapa kakak dari tadi nggak duduk-duduk?”
Tera menyadarkanku dari lamunanku. Seketika, aku langsung berlari menuju kursiku. Dan beberapa saat setelah aku duduk, seorang guru berbadan jangkung dengan kumis segitiga masuk kelas.
“anak-anak ada tes lisan tentang Clan Dekromen! Clan terkejam di dunia ini! tutup buku kalian! Kita akan tes! Jangan ada yang protes!”
aku terkejut. Memang guru yang satu ini suka begini. Belum belajar. Eh tiba-tiba disuruh tes lisan. Aku belum belajar lagi.
“siapa pemimpin Clan Dekromen saat ini? yang bisa angkat tangan!”
tanya guru itu keras. Semua murid diam. Mereka sibuk berfikir. Tiba-tiba ada seorang murid yang angkat tangan. Dia adalah Valatia orang yang tadi pagi menghentikan pertarungan Misaki VS Arthur.
“Yuki Dekromen.” Jawab Valatia.
guru tersebut kaget. Dia bahkan belum pernah menjelaskan tentang Clan Dekromen. Tapi, gadis yang satu itu bisa menjawabnya dengan sangat benar. Dia menerka-nerka Valatia sudah baca buku. Padahal, sebenarnya Valatia jarang sekali buka buku. Kerjaannya latihan pedang melulu. Ia pun memberikan soal yang tidak ada dibuku kepada Valatia. Soal itu sangatlah susah kami sampai terkejut saat Valatia menjawabnya.
“siapa yang melakukan pembantaian Clan Dekromen lima tahun yang lalu?” tanya guru tersebut.
“pemimpin Clan. Yuki.” Jawab Valatia yang sukses membuat guru tersebut terkejut bukan main. Aku saja tidak tahu soal pembantaian Clan. Tapi kenapa Valatia dapat menjawabnya dengan benar? Memang aku pernah mendengarnya. Tapi orang tuaku melarangku untuk mengetahuinya. Tiba-tiba seorang murid angkat tangan. Murid tersebut adalah Misaki. Orang yang baru saja ribut tadi pagi.
“kenapa pemimpin Clan tega melakukan itu pada clannya sendiri?”
guru tersebut hanya garuk-garuk kepala. Ia bingung harus menjawab apa. Sekarang ia menyesal telah menanyakan hal tersebut pada Valatia. Sebenarnya aku tahu dia tahu jawabannya. Tapi, ia enggan memberitahunya karena itu informasi rahasia kerajaan. Aku hanya dapat bertanya dalam hati. Sebenarnya siapa Valatia sebenarnya?
TBC