Rabu, 25 November 2015



Chapter 1: Intro
Greatland. Sebuah dunia yang terdiri dari bermacam-macam ras. Karena banyaknya ras tersebut, Greatland dibagi menjadi bermacam-macam benua. Satu benua satu ras. Seperti benua yang aku tinggali. Benua Humanis. Benua Humanis terdiri dari ras manusia. Di benua Humanis, terdapat bermacam-macam kerajaan. Salah satunya kerajaan yang aku tinggali, Alvres Kingdom. Di Alvres Kingdom, terdiri dari tiga kota. Dan ketiga kota tersebut dibagi menjadi kota-kota kecil yang jumlahnya ratusan. Aku tinggal di kota Cheng. Tepatnya di kota kecil Hanverk. Di sebuah istana berwarna putih yang merupakan tempat dimana pemimpin istana tinggal. Aku adalah anak dari pemimpin istana tersebut. namaku adalah Fireon E Alvres. Pangeran dari Alvres Kingdom. Aku menceritakan ini bukan mau sombong lo! Aku menceritakannya hanya karena aku ingin bercerita. Sebenarnya aku tidak suka menjadi pangeran. Karena, menjadi pangeran membuat temanku sedikit. Kalian bertanya kenapa? Karena teman-teman takut padaku. Aku juga tak tahu apa yang mereka takutkan. Setiap aku berjalan didepan mereka, mereka serentak langsung menghentikan kegiatan mereka dan menunduk memberi hormat kepadaku. Jujur, aku merasa jengkel diperlakukan seperti ini. aku ingin dianggap sama oleh orang lain. Aku ingin dianggap teman mereka. Bukan seorang pangeran yang harus dihormati.
Aku dan adik kembarku  Tera berjalan terburu-buru menuju sekolah kami. Sekolah sihir yang bernama Magic Academy. Disitulah aku bersekolah. Sekolah tersebut tidak terlalu besar. Tapi tidak terlalu sempit. Di halaman depan, kalian akan menjumpai pos satpam. Satpam yang menjaga cukup galak lo. Aku saja yang seorang pangeran pernah dimarahi karena datang terlambat. Hal tersebut tidak membuatku marah. Malah, aku senang diperlakukan seperti itu. aku senang ada orang yang menganggapku sama seperti orang lain. Jujur, aku tidak suka ditinggi-tinggikan. Saat kalian memasuki gedung, kalian akan menjumpai ruangan penyimpanan senjata. Disitulah senjata-senjata untuk praktek disimpan. Sebenarnya, murid boleh saja membawa senjata dari rumah. Tapi, sekolah juga menyediakannya agar berjaga-jaga kalau ada murid yang tidak bawa atau tidak mempunyai senjata. Ruangan senjata tersebut berisi: pedang, tongkat sihir, dan panah. Tongkat sihir hanya dipakai oleh anak kelas satu. Karena anak kelas dua dan seterusnya tidak diperbolehkan menggunakan tongkat sihir. fungsi tongkat sihir adalah untuk mempermudah kita mengeluarkan sihir. cara menggunakannya mudah, tinggal salurkan energi sihir dari tubuh kita ke tongkat lalu kita mengucapkan sebuah mantra sambil memutar tongkat tersebut. memutar tongkatnya tidak boleh ngasal lo! Karena kalau ngasal, maka bisa berakibat fatal.  Tujuan kita mengucapkan mantra sambil memutar tongkat adalah: agar keluar sesuatu dari tongkat tersebut. sesuatu tersebut bisa api, air, angin, tanah, dan makhluk pembantu. Kelemahan tongkat tersebut adalah sedikitnya mantra yang dapat diucapkan. Jadi, sudah pasti kalau kita dalam perang menggunakan tongkat sihir... maka kita akan mati. Karena saking sedikitnya mantra. musuh pasti bisa memprediksi sihir kita dari awal. Sudah cukup kita akan beralih ke ruang perawatan. Di ruang tersebut tempat dimana para murid yang sakit atau terluka dirawat. Di ruangan ini terdapat ramuan-ramuan. Bagaimana cara menjelaskan ramuan-ramuannya ya? entalah aku tidak terlalu paham. Yang jelas baunya membuat aku ingin muntah. Dari pada aku muntah di ruang perawatan dan nanti disuruh bersiin muntahannya, aku lebih baik langsung bergegas meninggalkan ruangan ini. sekarang kita pergi ke lapangan pemanah. Lapangan itu dilengkapi oleh bermacam-macam papan target. Kita beralih ke arena. Arena adalah tempat dimana murid-murid berduel. Sekarang, aku melihat! Misaki dan Arthur bertarung! Yaampun! Ini menyenangkan aku harus segera bergabung! Kalau kalian bertanya siapa itu Misaki dan Arthur, mereka adalah sedikit temanku yang menganggapku sama seperti mereka. Mereka adalah satu dari tiga orang selain Tera yang berani berinteraksi denganku.
“lo berani Misaki?”
Arthur memasang kuda-kuda hendak menyerang Misaki.
“siapa takut!”
Misaki juga memasang kuda-kuda. Duh, aku sebenarnya ingin ikut bertarung. Tapi, mengingat arena hanya boleh dipakai dua orang, jadi aku urungkan niatku. Toh nanti ada orang yang menghentikan pertarungan mereka. Bukan guru bukan! Yang menghentikan mereka adalah...
“kalian. Bisa tidak sehari saja kalian tidak ribut?”
Valatia berdiri ditengah mereka sambil menahan tangan mereka yang akan beradu. Lihat, dia menahan tangan mereka yang sepertinya sudah menggunakan kekuatan penuh. Dan wajah Valatia tidak mengeluarkan keringat! Aku benar-benar kagum pada gadis berambut hitam yang agak misterius tersebut. kemampuan bertarungnya jauh diatasku. Sangat jauh. Bahkan aku ragu para guru dapat mengalahkan dia. Tapi, aku heran kenapa dia masih tetap sekolah disini kalau kemampuan sihirnya sudah sangat perfek.
“Valatia?”
“b bagaimana kau...”
Arthur dan Misaki melotot tidak percaya. Mereka tak menyangka ada orang sekuat ini.
“akan ku laporkan kalian jika kalian ribut lagi besok. Ingat, aku serius. Jadi, kalian jangan berfikir aku main-main. Aku serius.” Ucap gadis itu tenang. Lihat Valatia tenang menghadapi bocah terbandel disekolah! Aku benar-benar ingin menantangnya bertarung. Tapi, aku rasa itu tidak ada gunanya. Karena aku sudah tahu hasilnya. Yaitu, aku akan babak belur.
“Valatia! Hi.” Aku menyapa Valatia yang sedang berjalan keluar dari Arena.
“hi.” Jawab Valatia singkat tanpa menoleh. Sifatnya memang begitu. Tapi, kalau aku sudah diambang kematian. Sikapnya seperti orang kebakaran jenggot. Tapi, kalau dia sendiri yang diambang kematian. Sifatnya bagaimana kalian mau tahu? Dia tenang-tenang saja. Seperti tidak ada yang terjadi. Valatia membawa dua pedang dari rumahnya satu ia pegang di tangan kirinya, dan yang satu terdapat dipunggungnya. Pedang yang dia pegang sih hanya pedang biasa. Tapi, pedang yang terdapat dipunggungnya sungguh aneh. Pedang tersebut tertutupi sarung. Dan dia tidak pernah sama sekali mengeluarkan pedang tersebut dari sarungnya. Bukan hanya itu, dia juga jarang memakainya. Dia memakainya hanya sekali. saat itu monster menyerang sekolah kami. Dan semua murid dan guru kewalahan menghadapi monster tersebut. Valatia berhasil membelah dua monster tersebut dengan pedang yang sarungnya masih belum sama sekali dilepas. Kira-kira, bagaimana kekuatan pedang itu jika sarungnya ddilepas ya? entahlah. aku juga tidak berani membayangkannya. Alasan kenapa ia tidak melepas sarungnya aku juga tidak tahu. Mungkin ada alasan tersendiri.
kriiing!
bel sudah beerbunyi! Yaampun sudah berapa lama aku berada di sini! Aku harus segera masuk kelas! Jangan minta aku untuk mendeskripsikan ruangan-ruangan yang lain! Waktunya tidak cukup! Kapan-kapan saja! Aku harus segera masuk ke kelas... bisa-bisa aku dimarahin jika aku terlambat masuk kelas.
Ini dia kelasku. Sebuah kelas yang menurutku sangat bersih. Kelas ini juga dilengkapi dengan Filmer. Filmer adalah sebuah bola yang dapat digunakan untuk menyetel vidio atau semacamnya. Saat vidio distel, maka kita akan seolah-olah masuk ke vidio tersebut. benar-benar keren, kan? Kelas ini juga dilengkapi dengan papan tulis yang besar. Meja-meja di kelas ini sangatlah rapi dan masih bagus. Saat aku melewati bangku demi bangku, teman-teman yang duduk disitu langsung berdiri dan menunduk memberi hormat padaku. Oh iya! Aku lupa mendeskripsikan adik kembarku tercinta yang dari tadi berjalan di sebelahku. Sungguh kejam aku ini. namanya Tera E Alvres putri dari kerajaan Alvres. Kecantikannya jangan ditanya. Hampir semua orang pasti mau menjadi pacarnya. Mungkin itu setara dengan aku yang ganteng. Percaya diri banget aku ini.
“em, kakak. Kenapa kakak dari tadi nggak duduk-duduk?”
Tera menyadarkanku dari lamunanku. Seketika, aku langsung berlari menuju kursiku. Dan beberapa saat setelah aku duduk, seorang guru berbadan jangkung dengan kumis segitiga masuk kelas.
“anak-anak ada tes lisan tentang Clan Dekromen! Clan terkejam di dunia ini! tutup buku kalian! Kita akan tes! Jangan ada yang protes!”
aku terkejut. Memang guru yang satu ini suka begini. Belum belajar. Eh tiba-tiba disuruh tes lisan. Aku belum belajar lagi.
“siapa pemimpin Clan Dekromen saat ini? yang bisa angkat tangan!”
tanya guru itu keras. Semua murid diam. Mereka sibuk berfikir. Tiba-tiba ada seorang murid yang angkat tangan. Dia adalah Valatia orang yang tadi pagi menghentikan pertarungan Misaki VS Arthur.
“Yuki Dekromen.” Jawab Valatia.
guru tersebut kaget. Dia bahkan belum pernah menjelaskan tentang Clan Dekromen. Tapi, gadis yang satu itu bisa menjawabnya dengan sangat benar. Dia menerka-nerka Valatia sudah baca buku. Padahal, sebenarnya Valatia jarang sekali buka buku. Kerjaannya latihan pedang melulu. Ia pun memberikan soal yang tidak ada dibuku kepada Valatia. Soal itu sangatlah susah kami sampai terkejut saat Valatia menjawabnya.
“siapa yang melakukan pembantaian Clan Dekromen lima tahun yang lalu?” tanya guru tersebut.
“pemimpin Clan. Yuki.” Jawab Valatia yang sukses membuat guru tersebut terkejut bukan main. Aku saja tidak tahu soal pembantaian Clan. Tapi kenapa Valatia dapat menjawabnya dengan benar? Memang aku pernah mendengarnya. Tapi orang tuaku melarangku untuk mengetahuinya. Tiba-tiba seorang murid angkat tangan. Murid tersebut adalah Misaki. Orang yang baru saja ribut tadi pagi.
“kenapa pemimpin Clan tega melakukan itu pada clannya sendiri?”
guru tersebut hanya garuk-garuk kepala. Ia bingung harus menjawab apa. Sekarang ia menyesal telah menanyakan hal tersebut pada Valatia. Sebenarnya aku tahu dia tahu jawabannya. Tapi, ia enggan memberitahunya karena itu informasi rahasia kerajaan. Aku hanya dapat bertanya dalam hati. Sebenarnya siapa Valatia sebenarnya?
TBC

Minggu, 22 November 2015



Arc 0.4: War part 2
“tolong aku masih belum ingin mati! Aku masih ingin hidup!”
“ibuuu tolong akuuuuu!”
“aku tidak mau mati disini!”
itulah teriakan anak-anak yang panik di tempat pengungsian.
“jangan khawatir, tempat pengungsian ini aman. Jadi, kalian tidak akan terkena efek peperangan.”
BattleField, Ibral City
 “maju! Jangan biarkan pasukan kita kalah oleh pasukan Carl! Jangan biarkan pasukan mereka merebut segalanya dari kita!”
teriakan panglima Fires mengema diseluruh medan perang kota Ibral. Dengan hanya satu teriakan tersebut, mampu membangkitkan semangat para prajurit.
“baik panglima! Kita akan melakukan apa saja demi kerajaan ini!”
“kalian yakin? Kalian terlihat seperti orang payah disini. apakah kalian siap mati? Apapun dapat terjadi di medan perang.”
“ya kami yakin! Kami siap mati! Kami siap mati kapan saja panglima!”
semua prajurit berseru.
“bagus, mari kita lajukan kuda kita. Kita akan melawan pasukan brengsek itu! cepat maju!” ucap panglima garang dengan mata setajam elang tersebut.
“baik, panglima Fires!”
Battlefield, Hanch City
“jangan biarkan jumlah mereka menakuti kita, mereka tidak ada apa-apanya dibandingkan tekad kita!”
panglima Carlos juga memberi semangat.
“baik, panglima!”
“maju!”
Carlos dan pasukannya mulai membantai pasukan musuh. Medan perang tersebut sangatlah mengerikan. Darah bercipratan dimana-mana, teriakan mengema diseluruh tempat, dan mayat-mayat berserakan. Pasti kalau kalian melihatnya sendiri maka kalian akan ketakutan. Namun, hal itu tidak berlaku dengan pasukan panglima Carlos. Meskipun kalah jumlah dibanding pasukan musuh, mereka tetap semangat melawannya.
“tekad kitalah yang menuntun kita menuju kemenangan! Pasukan brengsek seperti kalian tidak akan tahu! Kalian hanya mengandalkan jumlah dan kekuatan”
ucap panglima Carlos saat menghabisi musuh-musuhnya.
“jangan sok, Carlos! Kita lihat saja siapa yang akan menang.” Ucap panglima Drugo panglima pasukan musuh.
mereka pun saling mengadu pedang mereka.
“sihir api, tembakan api!”
ucap pasukan Carlos yang berelemen api.
“sihir air, tembakan air!”
ucap pasukan Carlos yang berelemen air.
“elemen angin, puting beliung!”
ucap pasukan Carlos yang berelemen angin.
“elemen tanah, pertahanan suci!”
para pasukan Carlos yang berelemen tanah membuat dinding agar dapat melindungi pasukan Carlos dari serangan musuh. Carlos pun melakukan hal yang sama. Panglima berambut silver itu mengupcakan suatu mantra aneh.
“Dragonfire!” ucapnya. Sebuah naga raksasa muncul dan menyemburkan api ke arah pasukan musuh.
“jangan kira sihirmu dan pasukanmu cukup untuk mengalahkan pasukanku!”
panglima Drugo membuat dinding sihir yang transparan sehingga semburan api naga tersebut tidak mengenainya.
Battlefield, Cheng City
“kalian semua payah,” ucap panglima Findon sebagai ahli strategi terbaik di kerajaan Alvres.
“apa maksudnya! Kau ini jangan sok!”
“aku serius. Apakah kalian yakin bisa mengalahkan aku dan pasukan Alvres?” tanya Findon meremehkan.
“tentu saja! Pasukan Alvres tidak ada apa-apanya dibanding pasukan kami!”
“baiklah, kita mundur.” Ucap panglima Findon yang sukses membuat seluruh pasukannya bingung.
“tapi panglima...”
“lakukan! kita mundur sekarang pertempuran ini berbahaya!”
pasukan Findon pun berlarian meninnggalkan tempat tersebut. Tentu saja, pasukan musuh tidak akan membiarkan pasukan Alvres lolos. Dengan bodohnya mereka mengikuti pasukan Alvres. Sampilah mereka semua di sebuah gedung. Pasukan Alvres segera memasuki gedung tersebut. Pasukan musuh mengikutinya. Pasukan Alvres pun segera keluar. Setelah keluar, mereka segera mengunci pintu gedung tersebut sehingga membuat pasukan musuh terjebak.
“segera tembakan magic canon!” ucap panglima Findon. Orang-orang yang bertugas menembakan meriam tersebut langsung beraksi. Mereka langsung menembak gedung tersebut sampai hancur sehingga pasukan musuh tewas semua. Namun, ternyata peperangan itu belum selesai.
“bantuan musuh datang dari arah timur! Carl ada diantara mereka! Ini gawat!”
“bagaimana ini. aku tidak pernah menyangka bantuan musuh datang tiba-tiba seperti ini...” gerutu Findon.
Sedangkan di istana, raja Elvin ratu, dan para tetua kerajaan sedang mengamati peperangan dari sebuah bola kristal.
“pasukan di kota Ibral sepertinya berhasil memukul mundur pasukan musuh. Ternyata tidak salah memilih Fires sebagai panglima perang kota tersebut.” Raja Elvin mengamati pertempuran di kota Ibral.
“sepertinya di kota Hanch cukup memprihatinkan. Pasukan kita kalah jumlah dengan pasukan musuh.” Ucap ratu sambil mengamati pertempuran di kota Hanch.
“sepertinya ada bantuan musuh di ibu kota Cheng. Dan pasukan tersebut dipimpin Carl!” ucap salah seorang tetua.
“apa! Carl yang memimpin pasukan tersebut!” Elvin terkejut. “aku harus bergabung dalam pertempuran. Tidak mungkin Hindon bisa mengalahkannya. Meskipun dia ahli strategi, tapi kekuatan Carl sangatlah hebat. Bahkan dia dibacarakan telah melakukan ritual terlarang. Yaitu ritual membangkitkan mayat. Siapa tahu mayat tersebut akan menyerang ibu kota! Dan siapa tahu mayat tersebut adalah orang yang kuat seperti raja Arlok, panglima Alfonso, Panglima Fonzy, atau Panglima Hidar. Mereka berempat dijuluki dewa penyihir!” raja Elvin panik.
“tenang dulu. kita tidak boleh membuat pergerakan yang salah.” Ratu memperingatkan.
“t tapi...” raja makin panik.
“benar, raja ada benarnya juga. Ritual itu benar-benar menakutkan. Jika memang Carl telah melakukannya. Mungkin saja dia bisa membangkitkan dewa penyihir.” Ucap seorang tetua.
“baik, sudah diputuskan, aku akan pergi ke medan perang!” raja memakai jubah perangnya. “aku akan memenangkan pertempuran itu tenang saja!”
raja pun berteleportasi. Cara berteleportasi adalah kita harus melukai tangan kita sedikit lalu menulis tanda lingkaran dengan darah kita. Setelah jadi, kita harus mengucapkan nama tempat yang akan kita tuju. Tenang saja, karena setelah berteleportasi, maka luka tersebut akan menetup sendiri. kerugiannya adalah, teleportasi hanya dapat digunakan seminggu sekali.
“jadi, bagaimana dengan kota Hanch?” tanya ratu.
“hmm, aku juga masih bingung. Semua panglima perang dan prajurit telah turun ke medan perang. kecuali Fransisco dan Viadir. Kalau kita mengirim mereka semua, maka siapa yang menjaga anak-anak?”
semua orang sedang sibuk memikirkan cara agar masalah ini selesai.
“aku punya solusi.” Ucap ratu tiba-tiba.
“apa yang mulia?” tanya para tetua bersamaan.
“bagaimana kalau kita kirim Viodir untuk ke Hanch. Sedangkan Fransisco akan menjaga anak-anak. Lagi pula pengungsian itu tidak bisa ditembus siapapun. Hanya orang tertentu yang dapat membuka pintu pengungsian tersebut.” Saran ratu.
“t tapi... aku khawatir pada anak-anak.” Tetua masih ragu.
“kita tak punya pilihan lain. Lagi pula, Fransisco cukup kuat. Dia penyihir kelas A.”  ucap ratu.
“baik, kalau itu mau paduka.”
Di tempat pengungsian...
Para anak-anak masih saja berteriak panik.
“kapan perangnya selesai!”
“aku takut!”
“cepetan perangnya selesai! Aku mau pulang!”
“diam kalian! Kalian memalukan.” Ucap Valatia.
salah seorang penjaga anak-anak tersebut tiba-tiba mendapat telepati.
“anda harus pergi ke kota Hanch, sekarang!” ucap sebuah suara di kepala penjaga anak-anak tersebut yang bernama Hiadir.
“t tapi.. bagaimana dengan mereka?” tanya Hiadir.
“jangan khawatir, tidak ada musuh yang dapat memasuki tempat pengungsian ini.” ucap suara tersebut.
“baik, kalau itu mau yang mulia.” Hiadir pun segera berteleportasi. Meninggalkan anak-anak dan Fransisco. Setelah Hiadir pergi, Fransisco tiba-tiba menjentikan jarinya. Keluarlah segerombolan pasukan Carl.
“bunuh anak-anak ini.” ucap Fransisco yang ternyata telah berkhianat. Anak-anak panik. Mereka berlarian kesana kemari. Hanya Fireon, Valatia, dan Misaki yang tampaknya tenang-tenang saja.
“sekarang, tidak ada yang menjaga kalian musnahlah kalian!” ucap Fransisco senang.
“ibu tolong aku!”
“ada penghianat disini!”
“tolooong!”
anak-anak semakin panik.
“lalu, apa yang terjadi jika tidak ada yang menjaga kita?” ucap Valatia tenang.
“dasar penghianat akan kubunuh kau!” ucap Fireon.
“kau sangat memalukan, Fransisco!” ucap Misaki
Fransisco kaget. Ditatapnya tiga orang anak yang sama sekali tidak ketakutan.
“jangan membuatku tertawa, anak-anak payah! Jangan kalian pikir kalian bisa mengalahkan aku.” ucap Fransisco meremehkan.
“kami bisa. Karena kami punya tekad. Tidak sepertimu yang hanya mengandalkan kekuatan.” Ucap Fireon.
“Fireon dan Misaki, kalian kalahkan para prajurit yang berdatangan. Sedangkan aku akan menghadapi pengkhianat ini.” ucap Valatia. Valatia lalu mengeluarkan pedangnya.
“majulah, aku sangat senang sekali jika ada orang yang bisa kujadikan bahan pengetes kemampuan bertarungku.” Ucap Valatia tenang.
“sih, matilah kau anak ingusan!”
TBC

Jumat, 20 November 2015

Find The Book Of Trought Chapter 2

Sebuah anak panah tertancap dengan sempurna di atas papan target. Yang melempar Adalah Tera. Putri kerajaan Alvres sekaligus adik kembar dari Fireon E Alvres.
“bagus, tuan putri. Kemampuan memanahmu sangat hebat.”
seorang lelaki bertubuh tinggi dengan rambut silver yang merupakan pelatih Tera memberikan pujian kepada Tera. Dan, Tera hanya membalasnya dengan menggeleng.
“ini belum cukup, aku harus bisa lebih hebat lagi. Aku ingin sekuat kakakku Fireon.”
“tuan putri tidak lelah?”
“tidak.”
Tera kembali memanah. Ia menarik busurnya. Setelah itu, melesatlah sebuah anak panah dengan kecepatan luar biasa ke arah papan target. Lagi-lagi tepat sasaran. Benar-benar gadis yang perlu diberi jempol.
“aku merasa bosan,” kata Tera.
“tuan putri ingin istirahat?”sang pelatih bertanya lembut. “biar saya buatkan teh atau susu kalau mau.”
Tera menggeleng. “tidak, aku mau latihan pedang.”
“t tapi... itu berbahaya...” sang pengawal menolak suruhan Tera. Berpedang lebih berbahaya dari pada memanah. Kalau melatih gerakan pedang si tidak apa-apa. Tapi, yang Tera mau adalah mengadu pedang. Pelatih itu takut Tera terluka.
“aku mau latihan pedang. Aku mohon... aku ingin sekali berlatih pedang...” Tera berkata sembari memohon.
sang pengawal menghela nafas. Memang Tera adalah gadis yang keras kepala.
pengawal itu mengambil sebuah pedang kayu. “tuan putri siap?”
“kok pedang kayu? Itu tidak menyenangkan.”
lagi-lagi sang pelatih hanya bisa menghela nafas.
“tidak bisa. Tuan putri harus dihindarkan dari bahaya apapun.”
“aku tetap ingin berlatih dengan pedang sungguhan.”
“tapi, paduka raja bilang...”
Pelatih itu mencoba menghentikan Tera. Namun, apa daya, Tera sudah lari duluan. Ia hanya bisa menghela nafas pasrah. Tidak ada gunanya mengejarnya, Tera pasti akan menyembunyikan dirinya dengan sihirnya. Kemampuan sihir Tera sangatlah luar biasa. Mungkin setara dengan Fireon kakaknya.
Tera berjalan menyusuri istana. di sepanjang jalan ia tidak menemukan pedang apapun.
“pasti para pengawal kerajaan menyembunyikannya supaya aku tidak dapat mengambilnya.” Tera mendengus kesal.
“tidak ada gunanya mencari di sini. Aku lebih baik menyelinap ke gudang bawah tanah.”
Tera mengucapkan sebuah mantra. Munculah prajurit-prajurit buatan. Prajurit itu langsung diperintah oleh pemilik agar mengacaukan istana. kemudian, gadis itu berteriak.
“tolong aku! sekelompok prajurit mengincarku!”
para pengawal berlarian dari tempat asal mereka. Tera tersenyum puas. Sekarang tidak ada yang menjaga pintu gudang. Pikirnya. Gadis itu lalu membuka pintu gudang. Setelah terbuka, ia langsung masuk kedalamnya. Gudang itu begitu gelap. Sarang laba-laba banyak terdapat di gudang tersebut. Tera tidak mempedulikan keadaan gudang, ia tetap melanjutkan perjalanannnya. Sampailah ia disebuah pintu lapuk. Ia langsung membukanya. Didalamnya begitu bersih. Tidak ada sarang laba-laba di dalam gudang tersebut. Tera kebingungan. ruangan ini lebih bersih dari pada istana tempat tinggalnya. Setelah menyusuri ruangan tersebut, ia melihat sebuah pintu besar berlogo kerajaan Alvres. Ia langsung membukanya. Didalamnya terpampang pedang-pedang kuno. Mulai dari pedang petir milik panglima Alfonso, pedang api milik panglima Fonzy, pedang air milik panglima Hider, sampia pedang cahaya milik raja Arlok. Raja pertama kerajaan Alvres. Tera mendekat pedang cahaya milik Arlok E Alvres. Benar-benar besar. Dan bercahaya. Tera ragu untuk menyentuhnya. Konon Arlok bilang.
“jangan kalian pikir pedang ini akan menjadi milik kalian. Pedang ini hanya akan dimiliki oleh orang yang kutunjuk. Jika kau menyentuhnya sejengkal saja, maka pedang ini akan membakar tanganmu.”
itulah kata-kata raja Arlok kepada anaknya Kevin saat itu. dan benar saja, saat Kevin melangarnya, tangannya terbakar. Sejak saat itu, orang-orang kerajaan Alvres tidak ada yang berani mengambilnya. Tera gemetar. Ia ingin sekali memegang pedang itu yang telah menjadi saksi bisu terbentuknya kerajaan Alvres. Tapi, disisi lain, ia takut kalau pedang itu akan membakar tangannya. Tapi, rasa keinginan memegang pedang legendaris itu lebih besar dari pada rasa ketakutannya. Akhirnya tangan Tera memegang pedang tersebut.
“aneh, kok tanganku tidak terbakar?”
saat tangan Tera menyentuh pedang itu, bukannya terbakar, tapi tangannya malah bercahaya. Cahaya itu menyilaukan mata. Sehingga Tera harus menutup mata agar cahaya itu tidak melukai matanya.
“ambilah pedangku, Tera E Alvres.”
sebuah suara terdengar dari pedang itu. suara itu mirip sekali dengan suara raja Arlok. Akhirnya, Tera memutuskan untuk mengambil pedang tersebut. Ia membawa pedang itu ke istananya. Ia ingin menunjukan pada ayahnya kalau pedang terkutuk itu telah jatuh ke tangannya. Namun, di perjalanan... seseorang menghentikan langkah Tera.
“gadis cantik, kemarilah.”
mendengarnya, Tera langsung mengayunkan pedang cahayanya. Namun, karena kemampuan berpedangnya buruk, akhirnya Tera ditangkap oleh orang tersebut.
Pelatih Tera menunggu Tera dengan cemas. Bagaimana tidak cemas, ia telah menunggu Tera selama 5 jam tapi, gadis itu tak kunjung datang. Dua orang berjalan ke arah istana. orang itu tak lain dan tak bukan adalah Fireon dan Valatia yang nampaknya telah selesai berburu iblis. Mereka membawa seorang pria berjubah hitam.
“selamat datang pangeran.”
ucap pelatih Tera lembut sembari menunduk.
“ya. terimakasih atas sambutannya. Eh bagaimana perkembangan adikku? Apakah dia semakin baik? Jangan mengeluh ya kalau dia keras kepala? Dia memang seperti itu.”
mendengar pangeran Fireon menanyakan perkembangan Tera mendadak wajah pelatih itu menjadi murung.
“tuan putri menghilang. Sudah tiga jam aku menunggu tapi, dia tak kunjung kembali.”
pangeran Fireon kaget. Ia menerka-nerka pasti ini ulah teman dari pria berjubah hitam yang kini ditawannya.
“ternyata mereka berhasil.” Gumam pria berjubah hitam pelan. Tapi, masih bisa didengar oleh Valatia.
“katakan, dimana mereka menyembunyikan Tera?”
pria berjubah hitam kaget. Ia tak menyangka Valatia dapat mendengar ucapannya. Padahal ia berkata dengan sangat pelan.
“katakan. Atau aku akan membunuhmu.”
Valatia makin mendesak pria berjubah hitam agar bicara.
“aku tak mungkin melalaikan tugas. Lakukan apa saja kepadaku! Aku tak takut!”
“baiklah. Jangan menyesal.”
Valatia menjambak rambut pria berjubah hitam. Dan seketika, pria berjubah hitam mati. Sebenarnya yang dilakukan Valatia bukan menjambak, tapi mengambil ingatan pria itu. ia melakukannya agar dapat mengetahui keberadaan Tera. Kelemahan dari kemampuan itu adalah, kalau orang itu berhasil selamat dari kemampuan itu maka dia mendapatkan ingatan yang mengambil ingatannya. Tapi, orang yang dapat selamat dari kemampuan itu hanyalah orang yang memiliki sihir tingkat A atau lebih tinggi. Dan orang berjubah hitam sihirnya D. jadi, sudah dipastikan orang berjubah hitam mati. Valatia langsung bergegas ke tempat dimana Tera ditawan. Ia tak mau mengulur waktu.
“biarkan aku ikut! Aku juga harus menyelamatkan Tera!”
“tidak usah. Kau harus memberitahukan ini pada ayahmu. Bilang bahwa Carl berniat mengambil alih kerajaan Alvres.”
“paman Carl ingin... mengambil alih kerajaan Alvres? Kenapa dia setega ini?”
 Fireon bertanya dalam hati. Ia begitu bingung. Paman Carl yang ia kenal adalah orang yang baik, penuh pengertian, dan penyayang. Tapi, kenapa ia tega melakukan ini? apa motif dibalik ini semua?
TBC

Kamis, 19 November 2015

Find The Book Of Trought Chapter 1

Dua orang remaja berlari menyusuri hutan kerajaan. Orang berjubah hitam dibelakang mereka mengikuti mereka dalam diam. Sebenarnya Valatia sudah tahu kalau dia dan Fireon sedang diikuti, tapi, ia memutuskan untuk membiarkan orang berjubah hitam itu mengikutinya. Ia lebih memikirkan kegiatan berburunya. Karena, itu lebih penting dari pada menghadapi orang berjubah hitam dibelakangnya.
“sebenarnya kita ini mau kemana?”
suara Fireon membuyarkan lamunan Valatia. Ia segera menoleh ke arah anak itu.
“ikuti saja. Jika kau tidak mau, pulanglah.”
Fireon hanya mengangguk. Ia takut kalau ia banyak bertanya, maka Valatia akan marah. Ia paling tidak suka orang yang banyak nanya.
Sampailah kedua anak tersebut di sebuah desa. Desa itu nampak porak peranda. Sepertinya desa itu baru saja diserang oleh sesosok makhluk.
“kita akan berburu disini... siapkan dirimu.” Perintah Valatia.
Fireon hanya mengangguk. Sebenarnya ia kebingungan sebenarnya apa yang ingin diburu gadis itu di desa seperti ini. bukan hanya Fireon yang kebingungan, tapi, orang berjubah hitam yang mengikuti mereka juga ikut kebingungan.
“grrrrr. Siapa yang berani bertatap muka denganku.”
sebuah suara mengagetkan mereka semua. Mereka segera menoleh ke arah asal suara. Sebuah makhluk raksasa berwarna hijau. Dengan tanduk dikepalanya. Taring panjang menempel dimulutnya. Dan sayap hijau terpasang dipunggungnya. Dialah sang iblis pasir, Raknarog.
“g gadis ini sudah gila...”
orang yang sedari tadi mengikuti Fireon dan Valatia ketakutan sendiri. bagaimana tidak ketakutan, Raknarog adalah sang iblis pasir. Ia memiliki kekuatan yang luar biasa.
“Raknarog, aku kesini untuk menangkapmu.” Ujar Valatia tenang.
membuat Fireon dan orang yang mengikuti mereka bingung sendiri. bagaimana gadis seperti dia bisa tenang berhadapan dengan iblis seperti dia?
Raknarog tertawa. “GRRR, kau berani sekali gadis kecil.”
Valatia tidak merespon. Ia hanya membalas ucapan iblis itu dengan sebuah sabitan dari pedang yang sekarang sudah berada ditangannya. Raknarog tentu saja Tidak akan membiarkan benda apapun menyentuh kulit pasirnya. Ia segera membuat sebuah pelindung pasir.
“GRRR, kau memang cukup cepat. Tapi, kecepatanmu masih dibawah rata-rata.”
pelindung pasir Raknarog berubah menjadi sebuah pedang. Dan pedang tersebut menebas tubuh Valatia hingga hancur.
“apa yang kau lakukan!”
Fireon yang dari tadi menonton pertarungan turun tangan melihat tubuh temannya hancur.
“ada lagi yang mau kubunuh?”
pedang pasir Raknarog berniat menghancurkan tubuh Fireon. Namun, reflek Fireon menghindarinya. Ia pun segera menjauh dari tempat tersebut. Jangan kalian pikir dia melarikan diri. Tentusaja Fireon tidak akan melarikan diri. Dia berniat untuk bersembunyi lalu melakukan serangan mendadak. Raknarog mengejar Fireon yang berlari menjauhi dirinya. Rakanarog tidak sengaja menubruk tubuh seorang pria berjubah hitam. Pria itu tak lain dan tak bukan adalah orang yang sedari tadi mengikuti mereka. Karena tenaganya habis untuk berlari, ia memutuskan untuk memakan pria berjubah hitam tersebut. Jangan kalian pikir, dengan begitu dia akan meninggalkan Fireon begitu saja. Ia tentu saja akan menghabisi anak itu. tapi, sebelum ini ia harus memakan tubuh pria itu. saat akan memakan pria tersebut, sebuah rantai mengikat Raknarog dan pria berjubah hitam. Valatia berdiri dengan tegap dibelakang Rakanarog. Tubuhnya tidak terdapat luka yang berarti.
“k kau... bagaimana kau bisa masih hidup! pedangku sudah menghancurkan tubuhmu!”
Raknarog meronta-ronta ingin melepaskan diri. Sedangkan pria berjubah hitam tidak bisa berbuat apa-apa. Sekarang tidak ada kesempatan untuk lolos bagi pria berjubah hitam.
“aku menggunakan sihir ilusi.” Ucap Valatia tenang.
Raknarog kaget. Mana mungkin ada manusia yang bisa menggunakan sihir ilusi sebagus ini. Valatia segera menghunuskan pedangnya ke arah leher Raknarog.
“terimakasih, master.” Terdengar sebuah suara dipedang Valatia. Perlahan, pedang tersebut memakan tubuh Raknarog. Dan beberapa saat kemudian, tubuh itu tidak tersisa.
“itu sudah cukup Demon Sword. Aku memberikan makanan ini untuk persedian setahun. Jadi, jangan merengek minta makanan.”
“ya, master.”
orang berjubah hitam yang masih diikat di dalam rantai hanya bisa ketakutan melihat pedang yang dimiliki Valatia.
“gadis ini...”
TBC